- by M. Sultan
- Feb, 17, 2025 21:25
FAKTUALSUMSEL, PALEMBANG - Graha Taman Budaya Sriwijaya kamis petang ini (18/9/2025) suasananya menjadi meriah. Alunan musik tradisi berpadu dengan denting gitar modern, tubuh-tubuh penari menari lincah, dan dari panggung seakan hadir bisikan leluhur. Itulah suasana “Sardundun: Suara dari Atap Rumah”, karya tari terbaru dari Saudanceproject.idn bersama Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah VI.
Karya ke-16 dari koreografer muda Sonia Anisah Utami, menggambarkan potret batin masyarakat Semende, komunitas yang hidup di dataran tinggi Sumatera Selatan, yang menjadikan rumah bukan hanya tempat tinggal, melainkan simbol doa, kebersamaan, dan rasa syukur.
“Bagi masyarakat Semende, rumah adalah pusat kehidupan. Dari atapnya lahir doa, dari lantainya tumbuh kebersamaan, dan di dindingnya melekat rasa syukur,” ungkap Sonia, dalam wawancara petang ini.
Tradisi dan kontemporer pun dipertemukan. Sonia memadukan gerak kuntau, sastra Sardundun, dan musik tradisional Semende dengan sentuhan modern. Hasilnya, panggung bukan hanya jadi arena tari, melainkan jembatan antara masa lalu dan masa kini antara warisan leluhur dan kegelisahan generasi baru yang takut kehilangan jejak tradisi.
Pertunjukan ini didukun tim lintas disiplin. Hasan menata skenografi yang menghadirkan suasana rumah Semende di atas panggung, sementara Rio Eka Putra meramu musik tradisi dengan instrumen modern. Irfan Kurniawan mengomandoi produksi agar semua unsur berpadu harmonis. Para penari, dari Kgs M. Rosyid Rouuf hingga Dili Sabari Ramadhan, seolah menjadi medium suara leluhur yang hidup di tubuh mereka.
Acara ini semakin meriah dengan adanya penampilan ensambel gitar dari Universitas PGRI Palembang di bawah arahan Silo Siswanto. Pertunjukan ini mendapat dukungan Dewan Kesenian Palembang (DKP), Dewan Kesenian Sumsel (DKSS), Komunitas Kasta Sumsel, hingga Yayasan Lacak Budaya Sriwijaya. Perwakilan BPK Wilayah VI, Dedi Afrianto, menegaskan bahwa seni tradisi perlu terus direvitalisasi tanpa menutup ruang bagi ekspresi kekinian. “Pertunjukan seperti ‘Sardundun’ membuktikan tradisi dan kontemporer bisa berjalan berdampingan,” ujarnya.
Ketua DKP, M. Nasir, serta berbagai tokoh budaya yang hadir. Dukungan ini menandakan bahwa karya seni berbasis tradisi masih memiliki tempat penting di hati masyarakat kota Palembang. “Sardundun” pun tak hanya tampil sebagai seni pertunjukan, melainkan sebagai jembatan lintas generasi yang menjaga warisan leluhur tetap hidup.(FDL)