Friday, Mar 14, 2025

ILO dan APINDO Bawa Kopi Sumsel Berkelas Dunia


Palembang – Sumatera Selatan tidak diragukan lagi sebagai salah satu daerah produsen kopi terbesar di kepulauan Sumatera. Sayang, kopi Sumsel sendiri kurang dikenal ditingkat dunia. Padahal, kopi Sumsel sudah dibawah ketingkat dunia. Hanya saja membuat miris adalah digunakan oleh daerah lain. Seperti dikatakan Kepala OJK Sumbagsel, Arifin Susanto, "Sumsel punya kopi, Lampung punya nama”. Pernyataan ini mencerminkan ironi besar dalam industri kopi di Sumatera Selatan.

Sebagai provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia dengan kontribusi 26% dari total produksi nasional, Sumsel justru kalah bersaing dalam ekosistem industri kopi dibandingkan Lampung. Pernyataan ini sendiri Kembali dicuatkan dalam pertemuan OJK Sumsel dengan delegasi dari International Labour Organization (ILO), badan dunia PBB yang fokus pada isu ketenagakerjaan.

Dua pejabat ILO, Ockert Dupper dari Kantor ILO Jenewa dan Kristina Kurths dari ILO Jakarta, diterima langsung Arifin Susanto, di ruang rapat Kantor OJK Palembang. Delegasi ini dibawa Sumarjono Saragih, Ketua APINDO Sumatera Selatan, yang juga menjabat sebagai Ketua GAPKI Nasional Bidang Pengembangan SDM Sawit.

Kepada koran ini, Selasa singkat (4/3/2025) melalui satuan telepon Sumarjono Saragih, didampingi pengurus APINDO Handy Soen, mengatakan ada misi besar dalam pertemuan ini. Jika selama ini kerja sama dengan ILO banyak berkutat di sektor industri sawit, kini saatnya kopi Sumsel ikut naik kelas. Ia ingin memperkenalkan praktik keberlanjutan yang sukses diterapkan di industri sawit kepada petani kopi Sumsel.

Langkah ini bukan tanpa alasan. Industri sawit telah berhasil memenuhi standar keberlanjutan global berkat kepatuhan sosial dan lingkungan yang disyaratkan dalam ESG dan SDGs. Dengan pendekatan yang sama, kopi Sumsel bisa bersaing di pasar global. Diketahui, Arifin Susanto sendiri adalah seorang barista yang ‘passionate’ terhadap kopi. Di bawah kepemimpinannya, OJK Sumsel telah mendorong ekspor kopi Sumsel langsung dari Pelabuhan Bom Baru Palembang. Pada 19 Januari 2025 lalu, ekspor perdana berhasil dilakukan dengan mengirim 10 kontainer kopi ke Malaysia dan 4 kontainer ke Australia.

Namun, untuk membawa kopi Sumsel lebih jauh, diperlukan pendekatan menyeluruh. Sebelum bertemu OJK, delegasi ILO bahkan rela menempuh perjalanan delapan jam ke Pagar Alam. Mereka berdiskusi langsung dengan petani kopi yang dikoordinir oleh tokoh senior, Frans Witjaksono. Dialog ini menjadi kunci dalam memahami tantangan yang dihadapi petani kopi di lapangan.

Dalam pertemuan ini, ILO menawarkan dukungan penuh bagi kopi Sumsel agar bisa memenuhi standar global. Salah satu solusi yang diusulkan adalah pembentukan platform multipihak bernama SUCOFI (South Sumatera Sustainable Coffee Initiatives).

Program ini akan dimulai dari aspek kepatuhan sosial, terutama dalam perlindungan petani dan buruh tani kopi melalui standar kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety). Setelah itu, aspek budidaya dan peningkatan produktivitas akan menyusul.

"Faktor petani dan buruh tani adalah kunci produktivitas. Jika mereka terlindungi dan diberdayakan, kopi Sumsel tidak hanya akan berjaya di pasar global, tetapi juga membawa kesejahteraan bagi masyarakat," ujar Kristina Kurths.

Sebagai langkah konkret, Ockert Dupper berjanji akan menyusun program aksi kolaboratif yang melibatkan banyak pihak. Program ini akan bersifat jangka panjang dan mencakup seluruh ekosistem industri kopi, dari hulu hingga hilir. Namun, keberhasilan SUCOFI sangat bergantung pada dukungan nyata dari pemerintah Sumatera Selatan.(ujg)

author

fadhil ramadhan

ILO dan APINDO Bawa Kopi Sumsel Berkelas Dunia

Please Login to comment in the post!

you may also like