- by FAKTUALSUMSEL.COM
- May, 16, 2025 01:16
PALEMBANG – Warga perbatasan kota Palembang dan kabupaten Banyuasin kembali menyoroti maraknya mobil over dimensi over loading (ODOL) yang masih bebas beroperasi di sejumlah ruas jalan utama di Sumatera Selatan. khususnya di simpang Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang hingga ke Tanjung Api-api Banyuasin. Mereka menilai, kendaraan yang sejatinya kerap merusak badan jalan kini kerap melintas di jalan raya termasuk kawasan strategis, jalan menuju bandara.
Daeng, salah seorang warga, mengaku resah dengan kondisi tersebut.
Menurutnya, mobil ODOL tidak hanya mengganggu arus lalu lintas, tetapi juga
sangat berisiko menimbulkan kecelakaan. “Kami sudah terlalu lama melihat ODOL ini
berkeliaran. Dari Jembatan 4 gasing sampai jalur ke bandara, masih saja ada
yang operasi. Ini sangat membahayakan,” tegasnya.
Senada, Syafrul, warga lainnya, menilai pemerintah daerah dan aparat
penegak hukum seolah menutup mata. Ia menyoroti kondisi sejumlah jembatan yang
mulai rapuh dan rawan roboh akibat beban kendaraan tidak sesuai kapasitas.
“Kalau ODOL ini terus dibiarkan lewat, jembatan bisa ambruk. Banyak jembatan
kita yang hanya punya kekuatan terbatas, ini bahaya besar,” ujarnya.
Sementara Dian, warga yang kerap melintas di jalur tersebut, menegaskan bahwa keberadaan odong-odong tidak bisa dianggap remeh. “Ini bukan sekadar hiburan murah meriah. Kalau sampai kecelakaan massal terjadi, siapa yang bertanggung jawab? Jangan tunggu ada korban jiwa dulu baru bergerak,” katanya dengan nada keras.
Warga mendesak Menteri Perhubungan dan Menteri PUPR turun tangan
langsung. Mereka meminta agar aturan ditegakkan secara tegas, termasuk melarang
odong-odong masuk ke jalan raya serta menindak pemilik kendaraan yang
membandel.
Selain kepada pemerintah pusat, desakan juga ditujukan kepada Gubernur
Sumatera Selatan, Bupati, dan jajaran kepolisian. Warga menegaskan bahwa
masalah ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena menyangkut keselamatan
orang banyak. “Kalau tidak ada tindakan, ini sama saja membiarkan bom waktu di
jalanan,” tegas Syafrul.
Kekhawatiran warga semakin besar karena kondisi beberapa jembatan di
kawasan Gasing dan sekitarnya sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Menurut
mereka, bagian bawah jembatan hanya bertumpu pada konstruksi yang sudah
menipis. “Kalau dipaksa terus dilewati, bisa rubuh kapan saja. Ini ancaman
nyata,” ujar Daeng.
Warga juga menilai praktik ini sudah menjadi permainan kotor oknum
tertentu. Mereka menduga adanya pembiaran atau bahkan perlindungan terhadap
mobil ODOL yang masih bebas beroperasi. “Jangan sampai ada kepentingan gelap
yang mengorbankan keselamatan rakyat,” tegas Dian.
Atas dasar itu, warga meminta agar laporan dan aspirasi mereka segera ditindaklanjuti. Tembusan surat permintaan tindakan tegas ini akan dikirimkan langsung kepada Menteri Perhubungan, Menteri PUPR, Gubernur Sumsel, Bupati terkait, hingga pihak kepolisian. “Kami sudah terlalu resah. Kalau tidak ada tindakan nyata, berarti pemerintah membiarkan rakyat bermain dengan maut di jalan raya,” tutup Daeng dengan nada keras.(Fdl)